Pages

Team Trainer

Ustadz Idrus, Ustadz Ali M. Munir, Ustadz Fauzy N, Ustadz Imam Royani, Ustadz Yudho M, dan Ustadz Arief Khunaifi .

Dai Daiyah Lingkungan Hidup KAPAL Jatim

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Salah Satu Permainan Highrope dalam Outbound

Meraih sukses yang besar dimasa depan, sangat tegantung pada satu langkah kecil di setiap waktu yang kita lalui. satu langkah kecil yang seringali dianggap remeh

Berdialog Sebagai Media Pelatihan Berinteraksi Sosial

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Permainan Dalam Rangka Melatih Skill Peserta OutBond

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 12 Agustus 2011

Membuka Misteri Kehidupan (bagian I)

Hidup manusia, sebagaimana anda dan saya, serta keberadaan alam semesta, sesungguhnya dipenuhi oleh misteri besar. Dari zaman dahulu kala sudah banyak ilmuwan, cerdik pandai, serta filosuf yang mencoba untuk membuka misteri maha besar tersebut. Tidak kurang ilmuan dan filosuf sekaliber Socrates yang terkenal dengan dengan ”Gnothi Seauthon (kenalilah dirimu)”nya, Aris toteles dengan menunjuk ”ratio” sebagai pembeda antara manusia dan binatang atau filsuf – filsuf lain yang lahir di zaman – zaman berikutnya semisalnya saja di zaman renaissance seperti Kant, Descartes, Berkeley, dan lain – lain, bahkan tidak kurang para ahli – ahli psikologi seperti Freud, Jung, Maslow, dan lain – lain melakukan penelitian untuk menyingkap tabir misteri kehidupan. Namun sampai saat ini rahasia yang bisa tersingkap hanyalah sebagian kecil dari misteri besar sesungguhnya. Setiap upaya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan kita tentang kehidupan, selalu berakhir dengan batasan ruang dan waktu.

Pendekatan – pendekatan saintifik yang dilakukan para ahli hanya bisa menjawab pertanyaan tentang bagaimana semua unsur alam bekerja, atau dengan kata lain hanya bisa menjelaskan mekanisme – mekanisme dari hukum – hukum alam belaka. Meskipun manusia dilengkapi dengan kemampuan untuk merenungkan kebenaran (intelektual) yang dengan itulah kita melakukan pencarian tentang kebenaran dari mana asal – usul kita namun semuanya hanya mampu menemukan jawaban dari pertanyaan ”bagaimana”. Sementara jawaban dari pertanyaan pertanyaan ”mengapa dan untuk apa alam dan manusia itu ada” atau pertanyaan – pertanyaan lain yang senada semisal apa sebenarnya tujuan hidup manusia? Apa fungsi alam dalam kehidupan ini? dengan kata lain untuk membuka tabir misteri yang lebih besar ternyata tidak cukup dengan mengandalkan intelektual yang berlandaskan saintifik belaka. Di butuhkan suatu jenis pengetahuan lain yang tidak terhalang oleh batasan ruang dan waktu, untuk menyingkap rahasia kehidupan. Saat itulah semestinya kita sadar bahwa pencarian yang kita lakukan adalah pencarian spiritual, dan memanfaatkan intelektual kita dengan lebih religius.

Pencarian jati diri manusia sangat penting artinya. Karena kesadaran akan jati diri itu menyangkut bagaimana kita menjalankan kehidupan. Anda tentunya sepakat dengan saya, bahwa setiap apapun yang ada di alam ini, tentulah mempunyai tujuan dan fungsinya masing masing. Karena Tuhan tidak akan menciptakan sesuatu melainkan ada tujuannya. Demikian pula dengan diri kita manusia sebagaimana saya dan anda. Dengan adanya tujuan maka hidup bisa berjalan. Dalam perjalanan inilah kemudian setiap individu mempunyai tujuan antara atau saya katakan sebagai misi/tugas - tugas.

Bagi para penganut dan praktisi mistik keagamaan, tujuan kehidupannya yang paling sempurna adalah manunggal atau bersatu kembali dengan sang khaliq. Kesempurnaan bisa dicapai jika sudah bebas dan merdeka dari ketersesatan.

Dalam konteks pengembangan diri modern, kesempurnaan sama artinya dengan kesuksesan. Dan kesuksesan itu bersifat lahir dan bathin, hidup dan mati. Mengutip buku KUBIK leadership, bahwa kesuksesan seseorang ditandai dengan 4 ta, yaitu harta, tahta, kata, dan cinta. Dengan tidak mengurangi maksud dari penulis buku tersebut saya sedikit “membumbui” bahwa orang sukses adalah orang yang berharta (merdeka secara materi), berkedudukan (merdeka secara otoritas), kata (berilmu, sehingga didengar orang / merdeka secara lisan dan ilmu), cinta (mencintai dan dicintai/merdeka secara emosional). Dari penjabaran tersebut diatas dapat saya simpulkan bahwa Kesempurnaan adalah kebebasan dari segala bentuk keterikatan.

Lalu bagaimana mencapai kesempurnaan atau kesuksesan?

Kita mulai dari kesadaran diri tentang siapa, darimana dan mau kemana kita? (kesadaran akan diri sendiri/aspek pribadi) Selanjutnya sadar akan tugas, fungsi, dan tanggung jawab (aspek Sosial). Dan yang terakhir adalah sadar harus berbuat sesuai dengan kapasitas pribadi dan kedudukan sosial (aspek aplikatif).

Saya sering mendengar istilah hidup itu hanya tiga hari yaitu hari kemarin, hari ini, dan hari esok. Hari kemarin adalah sejarah yang telah lewat yang tak mungkin lagi dirubah dan diperbaiki, dia telah berlalu apa adanya, hitam putihnya, baik buruknya, apapun itu sudah tidak ada kesempatan bagi anda untuk memperbaikinya. Demikian halnya masa depan merupakan harapan anda, cita – cita anda, visi anda, dan anda tidak punya kekuatan untuk kesana dan membentuknya sesuai keinginan anda. Anda bahkan tidak bisa meramalkannya. Dan hari ini adalah hari yang sebenar – benarnya milik anda dimana anda bisa menulisi, menggambar, mewarnai sesuka anda. Secara harfiah hanya hari ini yang menjadi milik anda sepenuhnya.

Perubahan adalah kata kunci kita. Perubahan berarti berpindah dari yang buruk menuju yang baik (berhijrah). Namun perubahan tidak akan ada tanpa kesadaran. Maka saya mengajak anda untuk tahu dan sadar siapa diri kita kemarin, hari ini, dan hari esok. Karena pemahaman pada alam dan diri sendiri akan sangat berpengaruh bagi hidup kita.

Dimensi Spiritual, Metafisika, dan Tuhan

Dewasa ini seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, aspek kehidupan seringkali dipisahkan dengan aspek spiritual. Dimana pemahaman orang – orang “modern” semakin menjadi “awam” akan kehidupannya. Pengertian bahwa aspek kehidupan itu hanya berputar masalah materi atau fisik belaka. Kita lupa bahwa sesungguhnya kehidupan itu mempunyai nilai – nilai sikap dan peri laku yang berasal dan diturunkan dari faktor spiritual atau meta fisik.. Bahwa sebenarnya spiritual tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Bahkan kalau saya memandang secara ekstrem bahwa sebenarnya spiritual itu adalah kehidupan itu sendiri.

Oleh karena itu, maka di awal kebersamaan ini saya ingin mengajak anda untuk melihat urutan perjalanan kita di kehidupan ini. Secara sederhana perjalanan hidup kita adalah lahir, kemudian berperoses dan berkarya (hidup), dan selanjutnya mati.

Yang menjadi pertanyaan adalah darimana kita berasal sebelum lahir dan kemana tujuan kita setelah mati? Dalam konteks spiritual dan mistik keagamaan bisa kita temukan paham yang bersifat tunggal dan universal. Tunggal karena itu adalah satu – satunya tujuan dan universal karena berlaku bagi semua agama dan keyakinan.

Kita kembali melihat siklus lahir – berproses/berkarya – mati. Saya mengajak anda untuk melihat siklus sederhana itu menjadi sedikit lebih luas sebagai berikut tiada – ada (lahir, hidup, mati) – tiada. Bisa dikatakan kehidupan ini berawal dari tiada, kemudian ada, dan kembali ke ketiadaan. Nah yang harus kita perhatikan adalah dimana sebenarnya posisi ketiadaan itu? Itulah yang dikatakan sebagai awal dari segala awal dan akhir dari segala akhir. Dan ketiadaan itu bukan berarti kosong atau tiada dalam pengertian harfiah, tetapi justru adalah sejatinya eksistensi. Ini adalah dimensi spiritual kehidupan kita yang sebenarnya. Itulah Tuhan Zat Yang Maha Pencipta. Lalu dari ketiadaan lahirlah kehidupan (lahirlah manusia dan alam) untuk suatu tujuan tertentu, dan inilah dimensi material dalam kehidupan kita termasuk di dalamnya lembaga keagamaan dan spiritual dalam konteks ilmu psikologi. Setelah dari dimensi material pada akhirnya kembali ke ketiadaan dengan kata lain kembali ke dimensi spiritual, kembali ke eksistensi sejati atau kembali kepada Tuhan Zat Yang Maha Segalanya.

Dalam budaya jawa kita mengenal istilah “Manunggaling kawulo Gusti”, sering pula dalam kehidupan kita sehari – hari kalau ada orang mati, ada ucapan “telah berpulang”, atau telah kembali pada Nya, dan lain – lain, yang menunjukkan pengakuan kita terhadap kematian, bahwa sesungguhnya kematian itu bukanlah akhir tetapi memasuki proses baru yaitu proses “pulang” dan proses “kembali”. Dimensi spiritual yang dalam ilmu filsafat dikatakan sebagai metafisika, merupakan dimensi di luar nalar dan logika. Dimensi spiritual menyangkut iman, rahasia kehidupan, energi – energi metafisik, dunia immaterial (dunia gaib). Dimensi spiritual adalah asal muasal pencetakan blue print kehidupan, dimensi spiritual adalah antara mahluk dan Tuhan. Sebagai kesimpulan tentang dunia metafisika adalah penemuan eksistensi Tuhan Yang berada pada batas terakhir pemikiran logis manusia.

Beberapa teori metafisik yang dikemukakan oleh pakar – pakar filsafat mengerucut pada suatu pengakuan tentang adanya Tuhan, seperti misalnya sebuah dalil dari Anselmus yang kemudian dikenal sebagai dalil ontologis sebagai berikut : ”segala sesuatu di dunia ini tidak ada yg sempurna, melainkan hanya memperlihatkan tingkatan – tingkatan. Oleh karena itu, tentu ada satu yang paling sempurna yang mengatasi semua ketidaksempurnaan itu, yakni ”The Perfect Being”. Lalu sebuah dalil yang dikemukakan oleh aristoteles dan dikenal sebagai dalil kosmologis, yaitu sebagai berikut : ”keteraturan alam semesta ini ditentukan oleh gerak (motion). Gerak merupakan penyebab terjadinya perubahan di alam semesta. Akhirnya akal manusia tiba pada suatu titik yang ultimate, yaitu sumber penyebab dari semua gerak. itulah Penggerak yang tidak digerakkan. Itulah Sang Misteri, itulah Sang Pencipta. Itulah Tuhan.

Manusia dan alam sebagai pernyataan eksistensi

Dari dalil – dalil filsafat di atas secara sadar manusia mengakui keterbatasannya, dan mengakui bahwa ada sesuatu kekuatan yang lebih besar, yang mengatur alam ini lebih dari sekedar perjalanan secara alami belaka. Lebih dari sekedar hukum – hukum alam yang berlaku. Terbukti dengan ”keputusasaan” manusia mencari garis batas semesta raya ini, dengan menyebutnya sebagai ”Universe”, yang merupakan tanda untuk merujuk pada Yang Esa ( Unum Versus).

Tuhan ada (Wujud), itu adalah nilai yang tidak bisa di tawar. Tapi siapa yang akan merasakan dan mengakui eksistensi Tuhan? Untuk itulah Tuhan merasa perlu menciptakan alam semesta. Yang dengan kehendakNya jadilah alam semesta dengan segala fungsi, dan tujuan penciptaannya. Juga menciptakan manusia, dengan segala potensi dan tentunya tugas dan amanah yang diembannya. Dan hal pertama yang harus dilakukan oleh manusia adalah memberikan kesaksiannya akan eksistensi Tuhan. Itulah yang dalam agama islam disebut sebagai Syahadat. Seseorang yang muslim dan diakui muslim, terlebih dahulu harus mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan kesaksian nya terhadap eksistensi Allah, dan kesaksiannya bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah. Hal yang sama berlaku pula bagi binatang tumbuh – tumbuhan, planet – planet dan seluruh alam. Semuanya menyatakan kesaksiannya terhadap eksistensi Tuhan.

Tuhan menciptakan alam dan manusia, kemudian Tuhan memerintahkan alam dan manusia untuk bersaksi tentang eksistensinya, dan dengan kehendak Tuhan pula alam dan manusia melakukan itu. Tuhan menginginkan suatu pengakuan terhadap eksistensiNya, dan Dia menciptakan alam dan manusia. Makalah jadilah alam dan manusia sebagai pernyataan eksistensi Tuhan.

Saya pernah berdialog dengan teman saya Rudy. Rudi adalah teman semasa kuliah dan aktif di organisasi kemahasiswaan, dan sekarang dia menjadi Dosen di Perguruan tinggi tempat kami kuliah dulu. Rudy adalah teman sekaligus guru spiritual bagi saya. Dalam dialog kami Rudy mengeluarkan suatu pernyataan yang cukup mengejutkan. Dia mengatakan bahwa ”Manusia itu lebih dulu ada dari pada Allah, dan manusia yang bisa membuat Allah menjadi ada”. Wow..! sungguh kontroversi pernyataan itu bagi saya ketika itu. Bagaimana mungkin manusia yang kecil dan lemah ini lebih dulu ada dari pada Tuhan? Dan bagaimana mungkin manusia menjadi sebab musabab adanya Tuhan. Sungguh saya tak habis pikir. Beberapa waktu saya mencoba menelaah ucapan itu tapi yang ada justru pikiran bahwa Rudy sudah gila, atau setidak – tidaknya sedang dirasuki syaitan entah dari mana. Saya juga berpikir kalau Rudy terlalu banyak menuntut ilmu spiritual sehingga otak logisnya tidak lagi mampu bekerja dengan benar. Saya merasa bahwa pernyataannya kali ini benar – benar sesat dan menyesatkan. Namun setelah melalui perdebatan yang cukup panjang saya baru menyadari bahwa maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa manusia dan alam adalah pernyataan eksistensi Tuhan. Manusia terlebih dahulu diciptakan baru kemudian menyatakan eksistensi Tuhan. dengan kata lain penciptaan manusia dulu baru kemudian muncul kesaksian adanya Tuhan. Manusia sendiri yang menjadi sebab utama adanya tuhan dalam hidupnya melalui kesaksiannya.

Manusia : Jasad, Ruh, dan Jiwa

Manusia adalah mahluk yang kompleks mengandung unsur materi dan non materi. Unsur materi adalah jasad kasar, dan unsur non materi adalah ruh halus. Jasad kasar yang berdiri sendiri tidaklah bisa disebut sebagai manusia. Demikian pula dengan ruh yang lepas dari jasad pun tidak bisa dikatakan sebagai manusia. Bisa dikatakan sebagai manusia apabila jasad kasar bersatu dengan ruh halus, Dengan begitu manusia merupakan integritas dari jasad, dan ruh.

Masing masing unsur membawa potensi sendiri – sendiri. Kita mulai dengan jasad. Jasad manusia merupakan wadah bagi ruh bersemayam. Jasad kasar yang bersifat fana (bisa rusak) ini terdiri dari berbagai bagian seperti bagian kepala yang berisi otak, telinga, mata, hidung, lidah.

Badan yang berisi system pencernaan, jantung, lever, dan lain, lain, kemudian anggota badan berupa kaki dan tangan. Dalam budaya tradisional, maupun mistik keagamaan kita mengenal pemahan tentang unsur pembentuk tubuh manusia yaitu dari empat unsur utama yaitu tanah, air, udara, dan api. Masing – masing unsur mengandung kelebihan dan kekurangan sendiri – sendiri di. Itulah kemudian dikatakan bahwa jasad manusia terbagi – bagi dan tidak tetap,

Selanjutnya ruh manusia merupakan elemen dasar pembentuk perilaku manusia. Ruh merupakan pembawa sifat – sifat ketuhanan dalam diri manusia. Ruh adalah energi yang menggerakkan jasad. ruh yang membuat jasad ini menjadi hidup. Ruh yang membawa sifat – sifat ketuhanan bersifat tunggal dan murni. Hal ini sangat bertolak belakang dengan sifat jasad kasar. Kedua unsur pembentuk manusia ini bersifat suci. Tetapi interaksi antara keduanya menghasilkan suatu substansi lain yaitu jiwa. Jiwa adalah salah satu istilah yang digunakan merujuk pada suatu substansi yaitu dimensi spiritual atau rohaniah. Istilah lain yang sering dipakai adalah Nafs, hati, atau nyawa. Jiwa juga bisa dikatakan sebagai ruh yang sudah memasuki jasad dan terpisah dari asalnya yang bersifat immaterial. Nah yang berperan penting kemudian di dalam kehidupan masing masing orang adalah jiwa. Dalam pengertian kaum sufi, jiwa disebut sebagai Nafs. Nafs inilah kemudian dalam bahasa indonesia disebut sebagai nafsu.

Sebagai ”oknum” nafs / jiwa bisa membawa kita ke jalan yang benar ataupun jalan yang salah. Oleh karena itulah maka dalam para sufi kehidupan para sufi urusan pemgendalian nafs merupakan hal yang sangat penting dan menjadi utama.

Perdebatan tentang ruh, jiwa, hati, dan nafs tak akan ada habisnya. Namun garis tengah dari perdebatan itu harus kita ambil. Suatu benang merah harus ditarik untuk kepentingan penyadaran pada diri setiap manusia. Benang merah yang paling jelas tentulah kesadaran bahwa diri manusia itu merupakan integritas dari jasad kasar yang material dan ruh halus yang immaterial. Jasad kasar membawa sifat – sifat mahluk dan ruh halus membawa sifat – sifat ketuhanan. Bersambung .